KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
Ns. Umi sukowati, SH, M.Kep.,
Sp.Mat
A.
DEFENISI
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum
yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Makna
dari defenisi tersebut adalah walaupun hasil konsepsi berimplantasi di dalam
organ uterus (intra uteri) tetapi tidak didalam endometrium misalnya di tuba,
di kanalis servikalis dikatakan sebagai kehamilan ektopik. Dengan demikian
istillah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah kehamilan ekstrauterine
(May dan Mahlmeister, 1994; Bobak, 2006; Wibowo, 2006).
Sebagian besar kehamilan ektopik
terjadi di tuba (Cunningham, 2006; Wibowo, 2006; Sepilian, 2007). Berdasarkan
implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan tuba, kehamilan
parsisthmika tubae, kehamilan fimbriae. Sedangkan kehamilan di luar tuba ialah
kehamilan ovarial, kehamilan servikal, kehamilan cornual dan kehamilan
abdominal yang primer atau sekunder (May dan Mahlmeister, 1994; Bobak, 2006;
Wibowo dalam Wignjosastro, 2006; Cunningham, 2006; Sepilian, 2007).
B.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebab
kehamilan ektopik bervariasi, dan sebagian besar tidak diketahui dengan pasti.
Pada dasarnya disebabkan segala hal yang menghambat perjalanan zigot menuju
kavum uteri.
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi di
tuba, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan adanya suatu masalah di tuba dapat
menjadi penyebab terjadinyakehamilan ektopik, karena fertilisasi hasil konsepsi
pada endometrium kavum uteri akan terhalangi. Factor-faktor yang menjadi
penyebab kerusakan tuba adalah infeksi pada tuba. Hypoplasia lumen tuba sempit
dan berkelok-kelok, operasi plastic tuba atau sterilisasi yang tidak sempurna,
perlekatan tuba akibat operasi non ginekologis, AKDR (Tenori, 2006; Sepilia,
2007).
Factor lain di luar tuba yang dapat
menyebabkan kehamilan ektopik adalah adanya tumor di luar tuba yang menekan
tuba sehingga menyempitkan lumen tuba, migrasi luar ovum misalnya ovum dari
ovarium kanan migrasi ke tuba kiri atau sebaliknya yang dapat memperpanjang perjalanan
telur yang telah dibuahi (Bobak dan Jensen, 1984; Gilbert dan Harmon, 1993;
Sepilian, 2007; Prawirohardjo, 2006; Wibowo, 2006).
C.
Patologi
Proses
implantasi hasil konsepsi di tuba paada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Namun tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
hasil konsepsi tersebut. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna
bahkan kadang-kadang tidak tampak, selain itu vaskularisasi kurang baik.
Kondisi tersebut menyebabakan villi korialis menembus endosalping dan masuk
kelapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Terdapat
tiga kemungkinan yang terjadi dari implantasi hasil konsepsi tersebut
(Prawirohardjo, 2006; Cunningham, 2006) :
1.
Hasil konsepsi mati dan kemudian
diresorbsi, dalam kondisi ini seringkali adanya yang tidak diketahui dan
perdarahan yang terjadi dianggap sebagai perdarahan haid yang terlambat. Ibu
tidak mengeluh apa-apa, hanya merasa haidnya terlambat beberapa hari.
2.
Trofoblas dan vilus-vilus korealis
menembus lapisan pseudokapsularis dan menyebabakan perdarahan dalam lumen tuba.
Darah tersebut menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping), dan dapat mengalir
ke rongga peritoneum berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hemato
retrouterina. Hasil konsepsi dapat keluar dari osteum tubae, kondisi ini
disebut dengan abortus tuba.
3.
Trofoblas dan vilus-vilus korealis
menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan
perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Hal tersebut dapat menyebabakan perdarahan
banyak karena mengalir bebas dalam rongga peritoneum sehingga dapat
menyebabakan keadaan gawat pada penderita.
Implantasi
yang terjadi di pars interstisialis di mana sebagian jaringannya adalah
myometrium yang tidak cepat ditembus oleh vilus korealis, sehingga kehamilan
dapat bertahan terus sampai usia kehamilan mencapai 16-20 minggu, menyebabkan
perdarahan hebat saat rupture. Rupture juga bisa terjadi apada dinding tuba yang
menghadap ke mesosalping, darah mengalir di antara dua lapisan mesosalping dan
kemudian ke ligamentum latum, sehingga menyebabkan hematoma intraligamenter.
Bila
robekan tuba kecil, konsepsi tidak dikeluarkan dari tuba dan diresorbsi oleh
tubuh. Tetapi bila robekan tuba besar, konsepsi keluar dari tuba masuk kedalam
abdomen sehingga menjadi kehamilan abdominal sekunder (Prawirohardjo, 2006;
Cunningham, 2006). Walaupun tidak berisi
mudigah, tetapi uterus tetap menunjukkan adanya tanda-tanda kehamilan, tanda
ini disebuat dengan “Arias Stella”. Setelah janin mati, ibu akan mengalami
perdarahan pervaginam yang
Posting Komentar