Selamat datang di jimmi charles

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

Selasa, 31 Desember 20130 komentar



                               
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
Ns. Umi sukowati, SH, M.Kep., Sp.Mat

A.       DEFENISI
         Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Makna dari defenisi tersebut adalah walaupun hasil konsepsi berimplantasi di dalam organ uterus (intra uteri) tetapi tidak didalam endometrium misalnya di tuba, di kanalis servikalis dikatakan sebagai kehamilan ektopik. Dengan demikian istillah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah kehamilan ekstrauterine (May dan Mahlmeister, 1994; Bobak, 2006; Wibowo, 2006).
     
         Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi di tuba (Cunningham, 2006; Wibowo, 2006; Sepilian, 2007). Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan tuba, kehamilan parsisthmika tubae, kehamilan fimbriae. Sedangkan kehamilan di luar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan servikal, kehamilan cornual dan kehamilan abdominal yang primer atau sekunder (May dan Mahlmeister, 1994; Bobak, 2006; Wibowo dalam Wignjosastro, 2006; Cunningham, 2006; Sepilian, 2007).

B.         Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebab kehamilan ektopik bervariasi, dan sebagian besar tidak diketahui dengan pasti. Pada dasarnya disebabkan segala hal yang menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri.
   Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi di tuba, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan adanya suatu masalah di tuba dapat menjadi penyebab terjadinyakehamilan ektopik, karena fertilisasi hasil konsepsi pada endometrium kavum uteri akan terhalangi. Factor-faktor yang menjadi penyebab kerusakan tuba adalah infeksi pada tuba. Hypoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok, operasi plastic tuba atau sterilisasi yang tidak sempurna, perlekatan tuba akibat operasi non ginekologis, AKDR (Tenori, 2006; Sepilia, 2007).
   Factor lain di luar tuba yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik adalah adanya tumor di luar tuba yang menekan tuba sehingga menyempitkan lumen tuba, migrasi luar ovum misalnya ovum dari ovarium kanan migrasi ke tuba kiri atau sebaliknya yang dapat memperpanjang perjalanan telur yang telah dibuahi (Bobak dan Jensen, 1984; Gilbert dan Harmon, 1993; Sepilian, 2007; Prawirohardjo, 2006; Wibowo, 2006).

C.     Patologi
   Proses implantasi hasil konsepsi di tuba paada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Namun tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan hasil konsepsi tersebut. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna bahkan kadang-kadang tidak tampak, selain itu vaskularisasi kurang baik. Kondisi tersebut menyebabakan villi korialis menembus endosalping dan masuk kelapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
   Terdapat tiga kemungkinan yang terjadi dari implantasi hasil konsepsi tersebut (Prawirohardjo, 2006; Cunningham, 2006) :
1.      Hasil konsepsi mati dan kemudian diresorbsi, dalam kondisi ini seringkali adanya yang tidak diketahui dan perdarahan yang terjadi dianggap sebagai perdarahan haid yang terlambat. Ibu tidak mengeluh apa-apa, hanya merasa haidnya terlambat beberapa hari.
2.      Trofoblas dan vilus-vilus korealis menembus lapisan pseudokapsularis dan menyebabakan perdarahan dalam lumen tuba. Darah tersebut menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping), dan dapat mengalir ke rongga peritoneum berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hemato retrouterina. Hasil konsepsi dapat keluar dari osteum tubae, kondisi ini disebut dengan abortus tuba.
3.      Trofoblas dan vilus-vilus korealis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Hal tersebut dapat menyebabakan perdarahan banyak karena mengalir bebas dalam rongga peritoneum sehingga dapat menyebabakan keadaan gawat pada penderita.
            Implantasi yang terjadi di pars interstisialis di mana sebagian jaringannya adalah myometrium yang tidak cepat ditembus oleh vilus korealis, sehingga kehamilan dapat bertahan terus sampai usia kehamilan mencapai 16-20 minggu, menyebabkan perdarahan hebat saat rupture. Rupture juga bisa terjadi apada dinding tuba yang menghadap ke mesosalping, darah mengalir di antara dua lapisan mesosalping dan kemudian ke ligamentum latum, sehingga menyebabkan hematoma intraligamenter.
            Bila robekan tuba kecil, konsepsi tidak dikeluarkan dari tuba dan diresorbsi oleh tubuh. Tetapi bila robekan tuba besar, konsepsi keluar dari tuba masuk kedalam abdomen sehingga menjadi kehamilan abdominal sekunder (Prawirohardjo, 2006; Cunningham, 2006). Walaupun tidak berisi mudigah, tetapi uterus tetap menunjukkan adanya tanda-tanda kehamilan, tanda ini disebuat dengan “Arias Stella”. Setelah janin mati, ibu akan mengalami perdarahan pervaginam yang
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. ARTIKEL KEPERAWATAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger